GOWA, BKM-Sebanyak 1.600 Kepala Keluarga (KK) di Desa Berutallasa, Kecamatan Biringbulu, Kabupaten Gowa hingga kini masih mengalami krisis air bersih. Untuk mengatasi kebutuhan air bersih, warga terpaksa mencari ke kampung tetangga. Itupun dengan cara membeli Rp 4 ribu hingga Rp 5 ribu per jerigen.
Kades Berutallassan, Hasan Rijal mengakui kalau ia dan warganya kesulitan air bersih.
Krisis seperti itu, kata Hasan, selalu dialami setiap musim kemarau.
''Untuk mendapatkan air, warga harus relah menempuh jarak tiga kilometer ke kampung sebelah. Ada yang pakai motor dan ada pula yang pakai kuda,'' tukas Hasan. Menurut Hasan, kebutuhan air tanah juga dirasakan sangat sulit. Soalnya, warga harus menggali sumur hingga kedalaman 13 meter. Itupun dirasakan sangat sulit, lantaran kondisi tanah yang bebatuan.
''Sangat sulit mendapatkan air di lokasi ini,'' kata Hasan saat ditemui di Beruttallasa, baru-baru ini.
Hasan menegaskan, minimnya sumber air di desanya dipicu oleh kondisi hutan yang mulai tandus.
'Sebagai kades, saya tidak pernah menandatangani surat izin pengantar dan penebangan hutan. Herannya, selalu saja ada kayu yang diangkut ke kota oleh oknum pengusaha. Ini yang harus dipertanyakan, kenapa bisa lolos,” tanya Hasan.
Sementara itu, Kadis Pekerjan Umum (PU) Kab. Gowa, H Muh Amin Yakub yang dimintai komentarnya terkait krisis air di desa itu mengatakan, sejak 2008 lalu, pihaknya sudah membangun Pansimas (Program Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) dengan APBN Rp 192 juta.
''Keberadaan Pansimas sangat membantu masyarakat. Memang berjarak dua kilometer dari Beruttallasa, tapi ini jauh lebih membantu jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. ((Sar-R11))
Laporkan Albertina Ho ke Dewas, Nurul Ghufron Bantah Lakukan Serangan Balik
-
Menurutnya, laporan tersebut merupakan kewajiban dari insan KPK untuk
menegakkan etika.
1 jam yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar