LONGSOR dinding Gunung Bawakaraeng tahuan 2004 lalu memang menjadi salah satu perhatian dunia internasional. Jatuhnya sekitar 300-an juta kubik sedimen menjadi salah satu yang peristiwa longsoran terbesar di muka bumi ini.
Bahkan, masalah longoran Gunung Bawakaraeng ini pernah dibicarakan dalam pertemuan internasional Asia Pacific International Symposium for Sedimen Disaster di University of Tokyo, Jepang, akhir tahun lalu.
Masalah ini dibawa PPK Sedimen Bawakaraeng Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan-Jeneberang, Haeruddin C Maddi, ke forum tersebut. Di bawah pengawasan Haeruddin, kini bangunan penahan sedimen hingga pusat kaldera di Kampung Lengkese didesain menjadi obyek wisata.
Perjalanan rombongan tim teknis Indonesia dan Jepang bersama wartawan meninjau lokasi pembangunan bangunan penahanan sedimen, Sabtu (9/1) lalu, juga berkesempatan melihat beberapa bangunan sedimen.
Namun, hujan deras yang turun di lokasi sedikit mengganggu sehingga rombongan tidak sempat meninjau secara langsung kaldera di Lengkese. Wisata alam kawasan longsoran ini dijadwalkan bisa dinikmati Maret mendatang.
Peninjauan di sabo dam 7-1 sudah meperlihatkan keindahan alam sedimen Bawakaraeng. Menurut Haeruddin, sekitar tiga juta kubik sedimen dikendalikan di sabo dam itu. Ini merupakan kantong air plus sedimen yang sewaktu-waktu bisa meluncur ke dataran rendah.
Pihak rekanan pun melengkapi kegelisahan para pekerja maupun masyarakat sekitar Manimbahoi dengan sejumlah alat pendeteksi bencana yakni vibrator cencor system.
"Kalau ada bunyi, maka kondisinya akan terdeteksi alat pendeteksi banjir debris. Saat ini untuk menyampaikan manual via radio," jelas Haeruddin.
Di sabo dam 7-4, rombongan melihat pemandangan yang membuat bulu kuduk merinding. Batu cadas berdiameter hingga dua meter berada di atas river crossing. Material cadas ini terhempas ke permukaan setelah terseret arus lumpur dari hulu.
Kendati bangunan pelimpah ini kokoh ditempeli batu khusus atau selektif stone material, namun gerusan sedimen tetap saja ada. Batu cadas yang dipilih khusus juga terangkat.
Usai melihat sabo dam 7-4, peninjauan beralih ke sabo dam 7-5 dan 7-6. Menuju sabo 7-5 yang jaraknya sekitar 700 meter ini, rombongan menempuhnya dengan jalan mendaki. Ditambah lagi hujan deras mengguyur saat rombongan sudah setengah jalan.
Meski begitu, tim teknis dari Jepang masing-masing Mr Maybath, Mr Takeki Khan, Mr Goto juga Mr Masunaga dan Mizuno, Husaeni serta Arif Nuradi tetap larut dengan pembicaraannya seputar kondisi tiap sabo dam.(muhtar muis)
Ibunya Tak Pernah Mengeluh, Anggar Dimas Baru Mengetahui Ada Kanker Stadium
4 Jelang Meninggal
-
Angger Dimas mengaku baru mengetahui jika sang ibu mengidap kanker stadium
4. Selama ini ibunya itu tak pernah keluhkan sakitnya.
17 menit yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar