SUNGGUMINASA, TRIBUN - Memasuki musim hujan di Kabupaten Gowa, tingkat kekeruhan air di Sungai Jeneberang yang menjadi sumber air baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Makassar dan Gowa, mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan kondisi musim kemarau lalu.
Peningkatan kekeruhan air baku tersebut karena sedimen lumpur longsoran Gunung Bawakaraeng mulai terseret arus air sungai. Tingkat kekeruhan telah mencapai sekitar 200-300 nephelometric turbidity unit (NTU, satuan kekeruhan air).
Direktur Utama PDAM Gowa Hasanuddin Kamal mengatakan, tingkat kekeruhan air normal pada kisaran 200-250 NTU.
Namun demikian, menurutnya, tingkat kekeruhan tersebut masih tergolong normal untuk wilayah Gowa.
PDAM Gowa telah terbiasa dengan angka tingkat kekeruhan yang tinggi. “Kita anggap itu masih normal. Tapi harus diakui,
angka tersebut tergolong tinggi bila dibandingkan dengan standar nasional,” jelasnya akhir pekan lalu.
Diperkirakan, jika puncak curah tertinggi tingkat kekeruhan air bisa mencapai 1.000- 7.000 NTU atau dalam kondisi
siaga satu. Makin deras aur sungai menyerat sedimen lumpur, maka kekeruhan akan makin tinggi di Sungai Jeneberang..
“Jika itu terjadi, maka akan berakibat pengeluaran cost (biaya) yang tinggi dengan membeli bahan kimia magna flog untuk
mereduksi lumpur dari air. Bahan kimia untuk penjernihan ini aman untuk digunakan namun biayanya cukup mahal. Saat ini
saja penggunaan sudah meningkat 10-20 persen dari biasanya,” tambah Ketua DPD Perpamsi Sulselbar ini.
Hasanuddin berharap pada musim hujan tahun ini, tidak ada longsoran baru di kaldera Bawakaraeng.Sehingga tingkat kekeruhan
air baku tidak melebihi dari angka 400 NTU.(ute)
Rendra Kresna, Eks Bupati Malang yang Pernah Terjerat Kasus Korupsi Bebas
Bersyarat
-
Rendra Kresna dibebaskan dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I
Surabaya di Porong, pada Selasa (23/4/2024).
4 menit yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar