SUNGGUMINASA(SI)-Andi Siti Nurhani Sapada Makassau,81,pelantun pertama lagu Anging Mamiri meninggal dunia di rumah yang berlokasi di Jalan Hertasning II No.21 Makassar,Kamis (8/7) malam lalu.
Budayawan Sulsel ini diketahui sakit sejak lama.Tak diketahui pasti penyakit yang diderita almarhumah.“ Yang jelas almarhumah menderita sakit sudah lama,” kata salah seorang anggota keluarga almarhumah yang tak bersedia disebutkan namanya di Sungguminasa kemarin. Jenazah almarhumah dimakamkan di kompleks pemakaman raja-raja Gowa yang berada di sekitar Masjid Katangka,Sungguminasa.
Suasana duka begitu terasa ketika jenazah Andi Siti Nurhani dimasukkan ke tempat peristirahatan terakhirnya. Sejumlah pejabat teras Sulsel, tokoh masyarakat,dan budayawan Sulsel terlihat hadir memberi penghormatan terakhir kepada almarhumah. Mereka, antara lain Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo,Panglima Komando Distrik Militer (Pangdam) VII/Wirabuana Brigjen TNI Amril Amir,dan Bupati Gowa Ichsan Yasin Limpo.
Andi Siti Nurhani Sapada Makkasau lahir di Kota Parepare pada 25 Juni 1929. Orang tuanya adalah raja di kampungnya masing- masing.Ayahnya, Andi Makkasau Parenrengi Lawawo,dikenal sebagai bangsawan Bugis dan bergelar Datu Suppa Toa. Perempuan yang lebih dikenal budayawan dengan sapaan Andi Nani ini, pernah menerima penghargaan Satyalencana Kebudayaan.
Selain itu, penerima hadiah seni atas darma baktinya dalam membina dan mengembangkan kesenian Indonesia, khususnya seni tari Sulsel pada 20 Desember 2005 lalu. Almarhumah yang biasa disapa Ibu Nani ini, juga pernah menerima Anugerah Seni dari Pemerintah RI pada 1972.
Dari Pemerintah Australia, dia juga meraih Cultural Award pada 1975. Dalam era pemerintahan Wali Kota Makassar HM Daeng Patompo, Ibu Nani diangkat sebagai warga teladan pada 1976. Gelar yang sama dan dalam tahun yang sama dia terima dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidrap.
Di Sidrap, suami Ibu Nani Andi Sapada Mappangile (almarhum), pernah menjadi bupati pada awal 1960-an sehingga di sana Ibu Nani membina kesenian daerah. Andi Nani dikenal memiliki keunggulan lain, yakni mampu menggarap tarian massal, termasuk tari paduppa (tari menjemput tamu) pada 1968 di Makassar.
Mewakili seniman, Udhin Palisuri dalam sambutannya mengatakan, wafatnya Andi Nurhani membawa luka yang sangat mendalam bagi insan seni di Sulawesi Selatan. Bahkan, Udhin mengatakan, kepergian Andi Nurhani tersebut adalah sebuah khotbah tanpa suara.
“Ini seperti khotbah tanpa suara yang mengingatkan kita tentang jasa-jasa beliau,”katanya. Sementara itu, Syahrul Yasin Limpo dalam sambutannya mengaku pernah dititipi pesan dua hari sebelum kepergian Andi Nurhani. Syahrul mengatakan, almarhum berpesan agar budaya di Sulsel tetap dijaga. (herni amir)
BBM Langka di Rusia, Kebakaran Kilang Minyak Rostov Padam Seminggu Seusai
Serangan Drone Ukraina
-
Kilang minyak Novoshakhtinsk, dengan kapasitas pemrosesan 110.000 barel
minyak per hari merupakan tulang punggung Rusia.
1 jam yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar